Selasa, 15 Maret 2011

lagu cinta

lagu cinta


Efek Dahsyat Kontak Mata

Posted: 15 Mar 2011 08:45 PM PDT

Efek Dahsyat Kontak Mata. Anda pasti sering mendengar istilah “dari mata turun ke hati”. Istilah itu menggambarkan bagaimana tatapan mata bisa membuat seseorang jatuh cinta. Bermain mata dengan pria incaran memang cara menggoda yang seru.

Kontak mata yang dalam bisa jadi petunjuk bagi pria incaran bahwa Anda mulai membuka diri padanya, mengagumi, dan ingin mengetahui banyak hal terkait dirinya. Tatapan mata yang dalam bahkan bisa memicu aliran kebahagiaan, sekaligus ketidaknyamanan mendadak. Tentu Anda penasaran apa penyebabnya.

Hal ini ternyata akibat peranan hormon oksitosin, atau sering juga disebut hormon cinta. Oksitosin akan dilepaskan tubuh, ketika Anda merasa terikat dengan seseorang, baik secara emosional atau fisik. Menurut artikel dalam Journal Biological Psychiatry, yang dilansir dari Divine Caroline, oksitosin adalah alasan utama mengapa seseorang melakukan kontak mata yang panjang dengan orang yang dikasihinya.

Dr. Kerstin Uväs-Moberg, penulis buku “The Oxytocin Factor”, percaya bahwa dengan kontak mata tubuh akan melepaskan hormon oksitosin. Bukan hanya membuat seseorang bisa jatuh cinta, kontak mata juga bisa membangkitkan kembali keintiman pasangan yang hubungannya mulai renggang. Saling menatap secara mendalam ternyata dapat menghidupkan kembali perasaan yang terlupakan.

Bukan hanya itu, kontak mata menurut penelitian yang dilakukan tim dari Tufts University, berhubungan langsung dengan kondisi emosi dan berdampak pada perilaku. Dengan menatap mata seseorang secara dalam, bisa membuatnya berbicara lebih jujur.

Kontak mata memang hanya aktivitas sederhana. Tetapi, efeknya luar biasa. Mulai dari membuat jatuh cinta, mengembalikan perasaan intim, hingga membuat seseorang jadi lebih jujur.

vivanews.com Efek Dahsyat Kontak Mata

Masih Sayang, tapi Sudah Nggak Cinta

Posted: 15 Mar 2011 08:44 PM PDT

Masih Sayang, tapi Sudah Nggak Cinta. Banyak pasangan kekasih maupun yang telah menikah merasakan hubungan yang mulai datar-datar saja. Hal ini biasanya dialami ketika hubungan telah berjalan sekian tahun, bahkan tanpa banyak mengalami persoalan. Lalu Anda mulai shock ketika dalam suatu dialog, si dia mengungkapkan, “I love you, but I’m not in love with you anymore.”

Apa makna dari ungkapan ini? Meskipun diawali dengan kata “I love you”, tetapi mengapa rasanya kita tetap kehilangan? Walaupun Anda menyadari antara Anda dan dia sudah tak ada getaran-getaran lagi, tapi kok rasanya sayang jika mengakhiri hubungan ini?

Laki-laki atau perempuan mungkin akan menanggapi ungkapan itu dengan berbeda. Bagi laki-laki, maknanya sederhana: hubungan harus diakhiri karena ia sudah nggak jatuh cinta lagi pada Anda. Bahwa ia tak lagi menatap Anda dengan cara yang sama seperti dulu ketika baru mulai berdekatan. Di sisi lain, perempuan akan memandang pernyataan tersebut sebagai ultimatum. Bisakah membangkitkan lagi rasa berdebar seperti ketika mereka masih dalam tahap “in love” itu? Bagaimanapun juga, Anda masih sayang padanya, dan ia pun begitu. Tak adakah cara untuk membuat agar hubungan ini tak harus berakhir?

Maggie Arana dan Julienne Davis dalam bukunya, Stop Calling Him Honey and Have Sex, menuliskan suatu konsep bahwa ketika pasangan merasakan kedekatan dan menerimanya sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya terjadi, hal itu akan membunuh nafsu dan gairah. Melakukan kebiasaan-kebiasaan kecil bersama, memanggil pasangan dengan nama sayang, atau mengenal seseorang terlalu baik, ternyata juga bisa menyebabkan hasrat itu menguap.

Hasrat bisa menghilang ketika pasangan sudah merasa lebih sebagai sahabat, atau kakak dan adik. Kebersamaan Anda sudah didefinisikan sebagai pertemanan, dan bukannya gairah. Dengan berjalannya waktu, Anda berdua pun mengeluhkan masalah yang itu-itu saja. Misalnya, Anda merasa suami seharusnya sudah bisa membaca pikiran Anda ketika Anda mencuci piring dengan suara gaduh. Ternyata, ia cuek saja sambil terus asyik menonton televisi. Ia sih tak menolak jika Anda memintanya membantu. Hanya saja Anda bosan jika setiap kali harus meminta, mengingatkan. Maunya, ia sudah mengerti apa yang Anda kehendaki tanpa Anda minta.

Ketika sedang menyusun bukunya, I Love You But I’m Not in Love with You: Seven Steps to Saving your Relationship, Andrew G. Marshall mengadakan suatu riset. Ia menanyai sejumlah pasangan mengenai problem yang mereka hadapi sehingga harus mengikuti konseling pernikahan. Hasilnya, 47 persen mengatakan sudah tak ada gairah, dan 43 persen mengungkapkan, mencintai pasangan namun tidak lagi jatuh cinta.

Ketika ditanya lebih lanjut mengenai problem yang paling membuat mereka sedih, 26 persen mengatakan “kesulitan memahami sudut pandang pasangan”, 25 persen mengatakan “terlalu sering bertengkar”, dan 24 persen kembali mengatakan “mencintai pasangan, tapi tidak lagi jatuh cinta”.

Riset ini mendukung observasi Marshall di klinik terapi pernikahannya. Pasangan yang memilih problem “mencintai pasangan, tapi” ternyata juga cenderung memilih “terlalu sering bertengkar” dan yang lebih netral seperti “kesulitan memahami sudut pandang pasangan”. Ketika seseorang tak bisa mengungkapkan perasaannya, meskipun menyangkut hal-hal kecil, hubungan bisa memudar. Lama-kelamaan, seluruh emosi jadi tumpul.

Bagi pasangan seperti ini, dilema yang akan dihadapi sangat menyakitkan. Orang yang mulai kehilangan percikan-percikan cinta itu masih sangat menyayangi pasangannya, dan jelas tak mau menyakiti hatinya. Bagi mereka mengakhiri hubungan adalah jalan keluar yang terbaik.

Namun, tidak lagi merasakan getaran cinta tidak selalu berarti Anda harus mengakhiri hubungan. Hal itu bisa menandakan bahwa sudah waktunya bagi Anda melakukan perubahan. Justru, jadikan tanda-tanda ini sebagai kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru dan memperkuat hubungan Anda. Hubungan yang paling memuaskan adalah ketika kedua pihak ingin terus berkembang dan tumbuh bersama. Mungkin Anda harus sedikit bekerja keras, tapi hasilnya tak ternilai, lho.

kompas.com Masih Sayang, tapi Sudah Nggak Cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar